Transformasi CEO PT DPI Dedi Alamsyah Mannaroi: Dari Jurnalis Berhasil Prediksi Hasil Pilkada Palopo

INDEPENDENews.com, MAKASSAR – Dedi Alamsyah Mannaroi merupakan figur yang menonjol dalam dunia survei politik Indonesia.

Sebelum menjadi CEO PT Duta Politika Indonesia (DPI), Dedi memulai kariernya sebagai jurnalis di Smart FM.

Smart FM adalah radio di bawah naungan Kompas Gramedia.

Pengalaman ini membentuk fondasi etik dan profesionalisme yang ia bawa ke dunia survei dan konsultan politik.

“Selama jadi jurnalis saya kenal kode etik. Jadi survei itu tidak boleh dijual tanpa seizin pemesan,” katanya di kediamannya Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sabtu (31/5/2025) pagi.

“Tidak boleh menjual hasil survei pada pihak lawan,” tegasnya lagi.

Komitmen terhadap etika inilah yang membedakan Dedi di tengah maraknya praktik “politik survei” yang menurutnya menyesatkan publik dan mencederai demokrasi.

Ia secara terbuka menyatakan bahwa praktik manipulasi data atau menjual survei kepada pihak yang tidak berhak adalah pelanggaran berat terhadap integritas profesi.

DPI dan Akurasi Survei Pilwalkot Palopo 2025

Di bawah kepemimpinan Dedi, DPI berhasil memproyeksikan hasil Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilwalkot Palopo 2025 secara akurat.

Hasil survei DPI yang dirilis pada 17 Mei menunjukkan dukungan terhadap pasangan Naili Trisal–Ahmad Syarifuddin sebesar 51 persen dengan margin of error 4,8 persen.

Real count KPU Palopo kemudian mencatat perolehan 50,33 persen.

Selisihnya 0,47 persen.

Hasil survei yang dilakukan DPI pada 23–26 April 2025 lalu hanya berselisih 0,47 persen dari hasil resmi yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Survei DPI berlangsung sebulan sebelum pemungutan suara.

Dalam survei tersebut, DPI mencatat elektabilitas kandidat unggulan mencapai 51,0 persen, sementara hasil akhir real count KPU menunjukkan angka 50,53 persen.

Selain itu, perbandingan dengan hasil real count data internal Naili Trisal-Akhmad Syarifuddin 50,33 persen juga menunjukkan selisih yang sangat tipis, yakni hanya 0,67 persen.

Menurut teori riset kuantitatif yang lazim digunakan dalam ilmu politik, hasil survei dianggap presisi jika selisihnya dengan hasil quick count atau real count tidak lebih dari 1 persen.

Dalam konteks ini, capaian DPI tidak hanya memenuhi standar presisi ilmiah, tetapi bahkan mencatat salah satu tingkat keakuratan tertinggi dalam sejarah pemantauan pilkada lokal di Sulawesi Selatan.

CEO PT DPI, Dedi Alamsyah Mannaroi, menyampaikan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari desain metodologi yang disiplin dan pendekatan berbasis data lapangan yang diperbarui secara periodik.

“Kami sadar bahwa PSU adalah situasi yang sangat dinamis. Oleh karena itu, pendekatan kami adalah kombinasi antara pemetaan demografi pemilih dan pembacaan tren psikografis masyarakat,” ujarnya dalam keterangan pers, Rabu (28/5).

Ia menyampaikan ada beberapa respon dari koleganya.

“Banyak teman-teman menganggap ini sebagai survei langitan karena hanya selisih 0,47 persen dari hasil perhitungan KPU. Sebagai orang beragama kita tak menampik itu, tapi ini adalah scientific, yang bisa diuji metodenya,” kata CEO PT DPI, Dedi Alamsyah Mannaroi

Menurutnya, akurasi dan presisi bukan kebetulan.

“Melainkan hasil dari konsistensi riset secara jujur,” katanya.

Keberhasilan ini mengukuhkan DPI sebagai lembaga survei yang kredibel dan memperkuat citra Dedi sebagai analis politik yang mampu menggabungkan metode ilmiah dengan sensitivitas terhadap dinamika politik lokal.(*)