INDEPENDENews.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan mencatat laju inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) pada Mei 2025 sebesar 2,04 persen.
Inflasi ini terjadi karena kenaikan harga pada hampir seluruh kelompok pengeluaran, dengan andil terbesar berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) sebesar 2,96 persen, sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Palopo dengan 1,08 persen.
Secara keseluruhan, Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sulawesi Selatan pada Mei 2025 tercatat sebesar 108,28, naik dari 106,12 pada Mei 2024.
Sementara itu, secara bulanan (month-to-month/m-to-m), Provinsi Sulawesi Selatan mengalami deflasi sebesar 0,34 persen, menandakan adanya penurunan harga pada sebagian komoditas penting, terutama komoditas pangan.
Kontributor Inflasi Tahunan Inflasi y-on-y terutama disumbang oleh:
Perawatan pribadi dan jasa lainnya: naik 10,58% (andil 0,79%)
Penyediaan makanan dan minuman/restoran: naik 3,16% (andil 0,24%)
Makanan, minuman, dan tembakau: naik 1,84% (andil 0,56%)
Pakaian dan alas kaki: naik 1,93% (andil 0,14%)
Komoditas utama penyumbang inflasi tahunan antara lain:
Emas perhiasan (0,63%)
Ikan bandeng/bolu (0,18%)
Rokok kretek mesin (0,12%)
Minyak goreng (0,09%)
Kopi bubuk (0,07%)
Kontributor Deflasi Bulanan
Secara bulanan, penurunan harga sejumlah komoditas memicu deflasi, seperti:
Cabai rawit (andil -0,14%)
Tomat (-0,08%)
Bawang merah (-0,04%)
Kangkung dan daging ayam ras (-0,03% masing-masing)
Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi tahunan adalah Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, yang turun sebesar 0,54 persen.
Komoditas penyebabnya adalah turunnya harga telepon seluler dan laptop.
Tren Inflasi Wilayah
Dari delapan kabupaten/kota yang dipantau:
Kab. Sidrap mengalami inflasi tertinggi (2,96%)
Kota Palopo terendah (1,08%)
Kota Makassar mencatat inflasi 1,96% dan deflasi bulanan 0,41%. (*)