Enam Politisi NasDem juga Alumni HMI Bahas Tantangan Aktivis Masa Kini

INDEPENDENews.com – Malam di Warkop Aspirasi, Jalan AP Pettarani, Sabtu (9/8/2025) mendadak panas.

Enam anggota DPR RI Fraksi NasDem yang semua mantan kader HMI turun gunung bicara blak-blakan soal tantangan aktivis masa kini.

Bukan sekadar nostalgia, forum bertajuk Dialog Kebangsaan itu berubah jadi ajang sindir-menyindir yang memacu semangat para kader.

Dari soal literasi yang lemah, mental instan, sampai tantangan kemandirian finansial di dunia politik — semua dibedah tuntas.

Ketua Kajian Ketatanegaraan MPR RI sekaligus dosen Filsafat UI, Taufik Basari, membuka forum dengan pujian sekaligus peringatan:

“Makassar itu kota pemberani. Keberanian ini jangan sampai hilang. Tahun 1998, Makassar adalah salah satu pusat gerakan mahasiswa yang luar biasa. Kekritisan ini harus terus dirawat,” tuturnya.

Ketua Komisi II DPR RI, Muhammad Rifqi, langsung menohok soal kebiasaan aktivis zaman sekarang.

“Demo-nya kuat, bacaannya lemah. Padahal HMI itu dibentuk untuk melahirkan insan akademik. Kalau intelektualnya lemah, kita tidak akan jadi engineer sosial yang sempurna,” ujarnya, sambil mengingatkan pentingnya mandiri secara ekonomi.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fauzi H. Amro, ikut berbagi kisah ‘kerasnya’ kongres HMI di masa lalu.

“Dulu kongres itu panas, siapa menang yang berkuasa. Jadi aktivis itu jangan kelamaan berproses, cepat matang, cepat siap. HMI itu banyak memberi teman, jaringan, dan pelajaran hidup,” katanya.

Wakil Ketua DPR RI, Saan Mustafa, menegaskan bahwa meski materi pelatihan HMI sama di semua cabang, setiap era punya tantangannya sendiri.

“Dulu banyak ruang demo, banyak isu nasional besar. Sekarang tantangannya beda, tapi semangat intelektual jangan padam. Dari kampung bisa jadi kader nasional, itu berkat HMI,” imbuhnya.

Diskusi yang awalnya formal berubah jadi obrolan santai tapi tajam.

Para kader muda HMI Makassar pun pulang dengan PR besar: berani saja tidak cukup, otak harus tajam, jaringan harus kuat, dan dompet harus tebal. (*)