Bahas Isu Keagamaan di Masyarakat, Gubernur Apresiasi Muswil Tarjih Muhammadiyah Sulsel

INDEPENDENews.com – Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Sulawesi Selatan melaksanakan Musyawarah Wilayah III Tarjih.

Kegiatan ini berlangsung di Aula BBPMP Makassar, Jl. Pettarani Makassar, 1-3 Agustus 2025.

Musyawarah ini adalah suatu wadah untuk menghimpun para alim ulama yang ada di Muhammadiyah untuk membahas isu-isu hangat keagamaan yang marak terjadi di masyarakat dan membutuhkan penjelasan atau tuntutan praktis.

Di Musywil kali ini Majelis Tarjih membahas beberapa isu terdiri dari masalah ibadah, tuntunan praktis dan kearifan lokal.

Misalnya, qunut witir, shalat hajat, lafal doa jenazah. Persoalan keagamaan yang menyentuh kearifan lokal meliputi kepercayaan terhadap nenek buaya, lantunan takbir diiringi musik remix, perilaku masyarakat yang melalaikan keutamaan ibadah Jumat.

Begitu juga fikih tuntunan praktis meliputi fikih ibadah bagi tenaga kesehatan, fikih pariwisata, dan makanan/minuman berbahan ASI.

Peserta musyawarah dalam Musywil adalah anggota Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan ditambah peserta utusan dari Majelis Tarjih Pimpinan Daerah Muhammadiyah se Sulawesi Selatan.

Juga dihadiri peninjau dari Lajnah dan utusan majelis lembaga dan ortom tingkat Wilayah juga utusan ormas keagamaan.

Dalam Pembukaan Musyawarah Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman memberikan apresiasi dan dukungan terhadap Muhammadiyah yang selalu aktif merespon isu-isu keagamaan yang terjadi didalam masyarakat.

Gubernur menjelaskan bahwa masyarakat memang membutuhkan fatwa dan penjelasan dari para ulama dan organisasi keagamaan.

“Olehnya itu responsifitas yang dilakukan Muhammadiyah adalah suatu tradisi yang luar biasa dan patut dikembangkan,” katanya.

Sementara itu memberi laporan Ketua Majelis Tarjih Sulsel Prof. Zulfahmi Alwi, sambutan oleh Ketua Muhammadiyah Sulsel Prof. Ambo Asse, dan amanah dari ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. KH. Hamim Ilyas, MA.

Kyai Hamim menjelaskan bahwa Muhammadiyah sudah melakukan pengembangan wacana pemikiran termasuk telah menetapkan Kalender Hijriyah Global Tunggal sebagai upaya penyatuan kelender Islam yang selalu mengalami perbedaan setiap tahun padahal dunia ini hanya satu.

“Maka seharusnya kita punya satu kalender dan satu peradaban,” tuturnya.

Termasuk agenda dalam Musyawarah kali adalah dua Seminar Nasional menghadirkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Abdul Mu’ti. (*)