INDEPENDENews.com — Di tengah hiruk-pikuk dunia pendidikan dan dinamika organisasi profesi guru, muncul satu nama yang kini menjadi pusat perhatian, Dr. Pantja Nur Wahidin, S.Pd., M.Pd. Dikenal sebagai sosok santun namun berprinsip, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Kini dirinya resmi menapaki babak baru dalam kiprah kepemimpinannya sebagai Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Makassar untuk masa bakti 2025–2030.
Terpilih melalui Konferensi PGRI Kota Makassar yang berlangsung pada 4–5 Juli 2025, di Hotel Yasmin dan Arya Duta, Pantja menggantikan Suarman yang telah menuntaskan masa jabatannya.
Forum yang dihadiri utusan cabang, ranting, serta tamu undangan dari berbagai kalangan ini menjadi momentum penting dalam regenerasi kepemimpinan organisasi profesi guru tertua di tanah air.
“Pantja bukan hanya representasi Muhammadiyah di tubuh PGRI, tapi juga wajah baru kepemimpinan yang lahir dari akar pengalaman panjang di dunia pendidikan,” ujar seorang peserta konferensi.
Guru, Birokrat, Organisatoris
Lahir di Ujung Pandang pada 21 Januari 1971, perjalanan hidup Pantja tidak pernah jauh dari dunia pendidikan.
Ia mengawali kariernya sebagai guru matematika di SMAN 14 Makassar sejak 2004 hingga 2016. Namun dedikasinya tak berhenti di ruang kelas.
Ia lalu melanjutkan pengabdian di jalur birokrasi pendidikan: sebagai Kabid Kebudayaan (2016), Kabid Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Makassar (2017–2022), dan kini sebagai Kabid Perencanaan Tenaga Kerja dan Peningkatan Produktivitas di Dinas Ketenagakerjaan Makassar.
Tak hanya itu, rekam jejak akademiknya juga membentang panjang. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMAN Limbung Gowa (1990), Pantja meraih gelar sarjana Pendidikan Matematika dari Unismuh Makassar (1997), gelar magister dari Universitas Negeri Surabaya (2006), dan doktor dari Universitas Negeri Jakarta (2015), dengan fokus pada Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
Di Titik Simpul Muhammadiyah dan PGRI
Selain menjabat sebagai Wakil Ketua PWM Sulsel (2022–2027), Pantja juga aktif di organisasi profesi: ia adalah Ketua Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS) PGRI Sulsel. Kombinasi ini menjadikan dirinya sebagai figur jembatan antara kekuatan civil society dan institusi formal negara.
Pemilihannya sebagai Ketua PGRI Makassar bukan hanya hasil dari pemungutan suara, tetapi juga cermin dari konsensus luas para pendidik yang mendambakan sosok pemimpin yang mampu menggerakkan organisasi secara substantif dan kolegial.
Ketua PGRI Sulsel, Prof. Dr. Hasnawi Haris, yang hadir membuka konferensi, didampingi jajaran seperti Nursalam, S.Pd., MM. (Wakil Ketua), Dr. Abdi, M.Pd. (Sekretaris Umum), dan Dra. Hendriati Sabir, M.Pd. (Bendahara), memberi sinyal positif terhadap arah baru yang akan diambil PGRI Makassar di bawah kepemimpinan Pantja.
Tantangan dan Harapan
Pantja kini berada di titik simpul penting. Di satu sisi, ia membawa semangat gerakan Islam modernis Muhammadiyah yang berbasis pada pencerahan dan pemberdayaan.
Di sisi lain, ia memimpin organisasi guru di kota besar yang penuh tantangan kompleks—dari peningkatan kompetensi guru, perlindungan profesi, hingga peran strategis dalam pengambilan kebijakan pendidikan daerah.
Sementara itu, Sekretaris Umum PGRI Sulsel, Dr. Abdi, M.Pd., mengungkap bahwa pasca-Konferensi Makassar, sejumlah daerah lain juga bersiap menggelar agenda serupa—Gowa, Takalar, Bone, Luwu, Barru, hingga Parepare.
“Ini pertanda bahwa dinamika organisasi sedang bergerak aktif. Dan Makassar jadi titik tolaknya,” ujar Abdi.
Pantja kini telah berada di garda depan. Langkahnya ke kursi Ketua PGRI Makassar bukan sekadar jabatan, tapi amanah untuk menyatukan energi para guru—agar profesi mulia ini tak hanya dihargai, tetapi juga menjadi pilar utama kemajuan bangsa. (*)