Makassar Darurat Sampah

INDEPENDENews.com, Makassar– Genap empat hari hari sudah tumpukan sampah warga, menggunung di atas Viar kendaraan angkut sampah warga yang membusuk di jalan Sultan Alauddin 1, tepatnya samping Markas Komando Brimob, di Kelurahan Pa’baeng-baeng, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.

Sesuai pantauan aroma busuk yang menyengat, sumbernya dari sampah rumah tangga berupa, kardus, plastik, popok, hingga limbah pasar menyesaki kontainer roda tiga yang terbengkalai di pinggir jalan.

Jalan Sultan Alauddin I yang sejatinya, menjadi jalur strategis dekat Pasar Pa’baeng-baeng, penampakannya kini berubah jadi jalur horor ekologis, Rabu (25/6/2025).

Simbol Gagalnya Tata Kelola Sampah Perkotaan

Apa yang terjadi di lingkungan warga sekitar Pa’baeng-baeng, bukan sekadar penumpukan sementara.

Ini adalah simbol rusaknya sistem tata kelola persampahan di Kota Makassar.

Truk-truk motor sampah yang usang, sebagian sudah tak layak jalan, tampak parkir berhari-hari dengan muatan meluber menjadi polusi visual dan pencemar udara bagi lingkungan sekitar, termasuk institusi penting seperti Brimob dan sekolah-sekolah di sekitarnya.

Lebih ironis, kondisi ini terjadi tak lama setelah berbagai kampanye Hari Lingkungan Hidup dan promosi Makassar sebagai kota cerdas dan ramah lingkungan.

Tapi bagaimana bisa “smart city” jika urusan paling mendasar — yaitu kebersihan dan pengangkutan sampah, lumpuh total?

Warga Resah, Pemerintah Daerah Ke Mana?

Rusdi, warga sekitar mengeluhkan lambatnya respons dari instansi terkait.

Bahkan ada yang menyebut, “Sampah diangkutnya jarang, petugasnya pun jarang muncul. Kendaraannya rusak, tapi dibiarkan begitu saja.”

Sementara itu, anak-anak sekolah dan pejalan kaki harus menutup hidung saat melintasi jalur tersebut,”kata Rusdi saat ditemui di jalan Alauddin 1, Rabu 25/6/2025).

Langkah Serius dan Sistemik

Ketua Forum Komunitas Hijau, Achmad Yusran menjelaskan Makassar darurat sampah antara data SIPS dan realita yang semakin “Bau” faktanya, jelas apa adanya.

Yusran menyebut Makassar, Kota Para Raja tapi raja apa?

Raja Tumpukan Sampah?

Sepertinya gelar itu pantas disematkan, setelah laporan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) membuka borok busuk yang selama ini ditutupi oleh SIPS, Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional yang ternyata lebih mirip dongeng pengantar tidur para pejabat ketimbang cerminan realita.

Bayangkan! SIPS dengan bangga memamerkan angka 39,01 persen pengelolaan sampah nasional. Wah, hampir setengah! Kemajuan yang luar biasa! Tapi tunggu dulu.

Pasalnya KLH/BPLH yang nekat turun ke lapangan mungkin karena kebetulan hidungnya masih berfungsi, malah menemukan fakta mencengangkan. Realitanya cuma 10%! Selisih hampir 30%! Itu bukan selisih kecil. Itu selisih sebesar gunung sampah yang setiap hari mampir di depan mata warga Makassar.

Lalu, di mana angka fantastis 39 persen itu bersembunyi, lanjut Yusran, Apakah di spreadsheet excel yang sakral? Atau di presentasi powerpoint penuh animasi saat rapat-rapat ber-AC? Sementara di TPA Antang atau tempat-tempat pembuangan liar lainnya, yang ada hanyalah bukti nyata bahwa kumpul-angkut-buang masih jadi mantra sakti pengelolaan sampah kita.

“Sistem yang begitu canggihnya, sampai-sampai nenek moyang kita di zaman batu pun mungkin sudah mempraktikkannya,”jelas Yusran.

Ironinya pedas seperti bau sampah yang terfermentasi: 343 TPA yang diverifikasi itu bukannya dapat bantuan, malah diganjar sanksi paksaan pemerintah! Hukuman karena berani menunjukkan realita? Seolah TPA-nya yang salah karena kebanjiran kiriman sampah dari kota-kota yang pengelolaannya cuma sebatas janji di atas kertas dan data di SIPS!

Dan proyeksinya?

2030 itu hanya 5 tahun lagi! TPA secara nasional diprediksi kolaps, overload, muntah sampah ke mana-mana.

“Bayangkan, Makassar yang gagah ini, mungkin menjelma jadi Venice of Trash, dimana sampah menjadi penghias kanal dan jalanan, bukan lagi air jernih. Sebuah destinasi wisata alternatif yang absolutely breathtaking (dalam arti harfiah bikin sesak napas,”beber Yusran.

“Lalu apa solusi para petinggi? Rakornas! Ya, tentu saja! Rapat Koordinasi Nasional baru-baru ini di Jakarta!

Asalah acara sakral dimana pidato-pidato indah tentang target 100 persen pengelolaan sampah tahun 2029 akan bergema di ruang ber-AC, disantap dengan snack box dan air mineral kemasan (yang nantinya jadi sampah juga).” (*)